LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI LAUT
ISOLASI BAKTERI LAUT PENDEGRADASI HIDROKARBON PETROLIUM
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pencemaran
lingkungan yang terjadi di perairan sangatlah banyak. Salah satu contohnya
yaitu pencemaran hidrokarbon minyak bumi yang banyak dijumpai pada perairan
laut. Pencemaran di laut dapat diartikan sebagai adanya limbah yang terbuang
atau menempati perairan laut yang berasal dari aktifitas buangan manusia atau
organisme lainnya yang mengarah ke laut. Sumber – sumber hidrokarbon minyak bumi
dapat berasal dari tumpahan minyak oleh kapal – kapal tanker yang melintasi
perairan dan limbah industri pabrik serta transportasi di perairan laut.
Pencemaran
laut merupakan suatu peristiwa masuknya material pencemar seperti partikel
kimia, limbah industri, limbah pertanian dan perumahan, ke dalam laut, yang
bisa merusak lingkungan laut. Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang
bermacam-macam dalam perairan. Ada yang berdampak langsung, maupun tidak
langsung.
Pencemaran
hidrokarbon minyak bumi di laut dapat diatasi dengan berbagai cara. Salah
satunya dengan menggunakan mikroorganisme yaitu bakteri. Bakteri tertentu dapat
mendegradasi hidrokarbon yang ada di laut. Biodegradasi merupakan cara yang
paling baik untuk mengatasi pencemaran hidrokarbon karena tidak memiliki efek
merusak lingkungan. Berdasarkan teori diatas maka dilakukanlah percobaan
mengenai bakteri pendegradasi hidrokarbon di laut.
I.2 Tujuan
Tujuan
diadakannya praktikum ini yaitu :
· Mengisolasi bakteri laut yang mampu mendegradasi hidrokarbon
· Mengetahui aktivitas bakteri dalam menghasilkan senyawa
biosurfaktan untuk proses biodegradasi hidrokarbon di laut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Lingkungan Laut
Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material
lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan
partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan
oleh 96,5% air murni (Wikipedia, 2012).
Kandungan fisik dan kimia air laut merupakan akibat dari struktur atom air.
Air merupakan gabungan dari hydrogen dan oksigen yang berhubungan dengan
covalen bond (covalen bond hubungan antara 2 atom dalam molekul hasil pembagian
dari electron). Covalen bond ada ketika elemen membagi elektronnyake dalam
bentuk campuran.di dalam air, hydrogen dan oksigen berhubungan langsung dengan
sudut 105º (Igeography, 2010).
Masing-masing atom hydrogen dan oksigen memiliki electron yang
didistribusikan tidak sama, dengan cara itulah masing-masing atom hydrogen
bermuatan positif dan atom oksigen bermuatan negative. Air yang bersifat
positif dan negative secara bersama-sama memberikan struktur molekul dipolar.
Masing-masing sumbu positif (atom II) saling tarik menarik dan membentuk
hubungan yang lemah, sumbu negative (atom B) dimolekul lain (Igeography, 2010).
Hubungan antara hydrogen ke atom oksigen disebut “hydrogen bond”. Karena
merupakan agregasi cairan, jika ada molekul yang lebih banyak yang dapat
diindikasikan dari jumlah H2O, jenis kandungan air terlihat tidak normal ketika
dibandingkan dengan zat non polar seperti methane (cha) atau hydrogen sulfide
(H2S), karena adanya hydrogen bond, air mempunyai titik didih (100º C) lebih
tinggi dari yang diperkirakan (Igeography, 2010).
II.2 Mikroorganisme Laut (Bakteri Laut)
Bakteri laut adalah salah satu mikroorganisme yang mampu menjaga
kesinambungan kehidupan di laut karena kemampuannya mendegradasi senyawa
organik mulai dari yang sederhana hingga kompleks, yang masuk ke perairan laut (Fadhli,
2009).
Bioremediasi adalah usaha perbaikan lingkungan yang telah tercemar dengan
menggunakan biota hidup. Salah satu contoh biota yang sering digunakan dalam
uji coba perbaikan lingkungan laut yang tercemar minyak adalah bakteri laut
hidrokarbonoklastik (bakteri pemecah minyak) yang jumlahnya lebih dari 200
spesies (Fadhli, 2009).
Bakteri laut juga dapat digunakan dalam industri farmakologi (obat-obatan),
keperluan budidaya, maupun uji toksisitas. Di negara-negara maju, penelitian
bakteri laut untuk keperluan farmakologi berkembang pesat. Pada umumnya bakteri
laut penghasil senyawa aktif untuk keperluan obat-obatan hidup bersimbiosis
dengan invertebrata (biota laut). Namun, senyawa aktif yang dihasilkan
jumlahnya sangat sedikit (Fadhli, 2009).
Dalam bidang budidaya, salah satu masalah yang dihadapi adalah penyakit.
Penyakit bakterial pada biota budidaya dapat menjadi penyebab kerugian karena
selain kematian massal, juga menyebabkan ditolaknya produk budidaya yang
diekspor ke luar negeri. Untuk membasmi penyakit bakterial pada biota budidaya
pada umumnya digunakan senyawa kimia (antibiotik). Namun, penggunaan senyawa
kimia tersebut tidaklah efektif karena dapat menimbulkan efek samping. Kini,
upaya membasmi penyakit secara biologi yang tak menimbulkan efek samping telah
banyak dilakukan dengan memanfaatkan sifat antagonisme di antara bakteri.
Bakteri penyebab penyakit pada biota budidaya dapat dilawan atau dihambat oleh
bakteri lain (Fadhli, 2009).
Mikroorganisme yang digunakan untuk keperluan tersebut disebut biokontrol
dan salah satunya adalah menggunakan bakteri sebagai probiotik. Di dalam bidang
budidaya, probiotik adalah bakteri yang digunakan tidak hanya untuk
mengendalikan bakteri patogen, tetapi juga sebagai suplemen bahan makanan dan
meningkatkan kualitas air (Fadhli, 2009).
Kegunaan lain bakteri laut adalah untuk menguji toksisitas. Di Amerika,
semua penemuan produk bahan kimia baru sebelum diproses oleh pabrik harus sudah
diuji coba in-vitro bioassay. Assay ini untuk memprediksi efeknya terhadap
kesehatan dan efek ekologinya. Salah satu tes untuk menguji toksisitas senyawa
kimia adalah uji luminescence (microtox assay) dan bakteri luminescence (mampu
mengeluarkan cahaya) adalah salah satu biota yang digunakan dalam microtox
assay. Assay ini adalah salah satu assay yang sudah sangat luas digunakan untuk
uji produk senyawa kimia baru. Hal ini disebabkan waktu yang diperlukan cepat,
relatif tidak mahal, dan tidak membutuhkan ruangan yang besar daripada tes
bioassay menggunakan ikan. Bakteri luminescence ini banyak ditemukan di
perairan laut, dapat hidup secara bebas, dan dapat juga menempel pada organisme
yang lebih besar (Fadhli, 2009).
II.3 Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur atom karbon (C)
dan atom hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom
hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga
sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik (Wikipedia, 2012).
Hidrokarbon adalah salah satu sumber energi paling penting di bumi.
Penggunaan yang utama adalah sebagai sumber bahan bakar. Dalam bentuk padat,
hidrokarbon adalah salah satu komposisi pembentuk aspal (Wikipedia, 2012).
Hidrokarbon dulu juga pernah digunakan untuk pembuatan klorofluorokarbon,
zat yang digunakan sebagai propelan pada semprotan nyamuk. Saat ini
klorofluorokarbon tidak lagi digunakan karena memiliki efek buruk terhadap
lapisan ozon (Wikipedia, 2012).
Metana dan etana berbentuk gas dalam suhu ruangan dan tidak mudah dicairkan
dengan tekanan begitu saja. Propana lebih mudah untuk dicairkan, dan biasanya
dijual di tabung-tabung dalam bentuk cair. Butana sangat mudah dicairkan,
sehingga lebih aman dan sering digunakan untuk pemantik rokok. Pentana
berbentuk cairan bening pada suhu ruangan, biasanya digunakan di industri
sebagai pelarut wax dan gemuk. Heksana biasanya juga digunakan sebagai pelarut
kimia dan termasuk dalam komposisi bensin (Wikipedia, 2012).
Heksana, heptana, oktana, nonana, dekana, termasuk dengan alkena dan
beberapa sikloalkana merupakan komponen penting pada bensin, nafta, bahan bakar
jet, dan pelarut industri. Dengan bertambahnya atom karbon, maka hidrokarbon
yang berbentuk linear akan memiliki sifat viskositas dan titik didih lebih tinggi,
dengan warna lebih gelap (Wikipedia, 2012).
II.4 Biodegradasi Hidrokarbon
Degradasi
minyak bumi dapat dilakukan dengan memanfaatkan bakteri seperti Pseudomonas
fluorescens dan Bacillus subtilis. Bakteri ini mampu menguraikan komponen
minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan
hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Mikroorganisme ini berpartisipasi dalam
pembersihan tumpahan minyak dengan mengoksidasi minyak bumi menjadi gas karbon
dioksida (CO2). Sebagai contoh, bakteri pendegradasi minyak bumi akan
menghasilkan bioproduk seperti asam lemak, gas, surfaktan, dan biopolimer yang
dapat meningkatkan porositas dan permeabilitas batuan reservoir formasi klastik
dan karbonat apabila bakteri ini menguraikan minyak bumi (Gekocly, 2009).
Kemampuan
sel mikroorganisme untuk melanjutkan pertumbuhannya sampai minyak bumi
didegradasi secara sempurna bergantung pada suplai oksigen yang mencukupi dan
nitrogen sebagai sumber nutrien. Seorang ilmuwan bernama Dr. D. R. Boone
menemukan bahwa nitrogen tetap merupakan nutrien yang paling penting untuk
degradasi bahan bakar. Selain itu keaktifan mikroorganisme pendegradasi
hidrokarbon juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti temperatur dan pH.
Kondisi lingkungan yang tidak sesuai menyebabkan mikroba ini tidak aktif
bekerja mendegradasi minyak bumi. Sebagai contoh, penambahan nutrien anorganik
seperti fosfor dan nitrogen untuk area tumpahan minyak meningkatkan kecepatan
bioremediasi secara signifikan (Gekocly, 2009).
Secara umum
biodegradasi atau penguraian bahan (senyawa) organik oleh mikroorganisme dapat
terjadi bila terjadi transformasi struktur sehingga terjadi perubahan
integritas malekuler. Proses ini berupa rangkaian reaksi kimia enzimatik atau
biokimia yang mutlak memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme (Handrianto, 2011).
Senyawa
hidrokarbon dalam minyak bumi merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan
mikroorganisme, sehingga senyawa tersebut dapat didegradasi dengan baik (Handrianto,
2011).
Di dalam
minyak bumi terdapat dua macam komponen yang dibagi berdasarkan kemampuan
mikroorganisme menguraikannya, yaitu komponen minyak bumi yang mudah diuraikan
oleh mikroorganisme dan komponen yang sulit didegradasi oleh mikroorganisme (Handrianto,
2011).
Komponen
minyak bumi yang mudah didegradasi oleh bakteri merupakan komponen terbesar
dalam minyak bumi atau mendominasi, yaitu alkana yang bersifat lebih mudah
larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri. Jumlah bakteri yang
mendegradasi komponen ini relatif banyak karena substratnya yang melimpah di
dalam minyak bumi. Isolat bakteri pendegradasi komponen minyak bumi ini
biasanya merupakan pengoksidasi alkana normal (Handrianto, 2011).
Komponen
minyak bumi yang sulit didegradasi merupakan komponen yang jumlahnya lebih
kecil dibanding komponen yang mudah didegradasi. Hal ini menyebabkan bekteri
pendegradasi komponen ini berjumlah lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat
karena kalah bersaing dengan pendegradasi alkana yang memiliki substrat lebih
banyak. Isolasi bakteri ini biasanya memanfaatkan komponen minyak bumi yang
masih ada setelah pertumbuhan lengkap bakteri pendegradasi komponen minyak bumi
yang mudah didegradasi (Handrianto, 2011).
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang
digunakan pada praktikum ini yaitu botol sampel, erlenmeyer, neraca analitik,
otoklav, shaker, sendok tanduk, cawan petri, pinset, dan bunsen.
III.1.2 Bahan
Bahan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu air laut sintetik, nutrien agar, petrolium,
aluminum foil, NaCl, KCl, MgSO4, MgCl2, Tris, CaCl2,
NH4Cl, K2HPO4, FeSO4, ekstrak yeast, Pepton, Agar dan
aquadest.
III.2. Prosedur Kerja
III.2.1 Sterilisasi
Semua alat yang
akan digunakan disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat gelas dan yang terbuat
dari logam disterilkan dalam oven pada suhu 180 oC selama 2 jam.
Alat-alat plastik dan alat-alat yang tidak tahan suhu tinggi disterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC tekanan 2 atm selama 15 menit,
sedangkan ose disterilkan dengan cara pemanasan langsung pada nyala api spirtus
hingga memijar.
III.2.2 Pembuatan Air Laut Sintetik (ALS) dan Media Natrium Agar
(NA)
Pembuatan
Air Laut Sintetik (ALS) yaitu NaCl 23 g/l, KCl 0,75 g/l, MgSO4 3,91 g/l,
MgCl2 6H2O 10,85 g/l, Tris 6,05 g/l, CaCl2 2H2O
1,47 g/l, NH4Cl 3,74 g/l, K2HPO4 18,6 g/l, FeSO4
50mg/50ml, di larutkan ke dalam aquadest dan pH diatur hingga mencapai 8.
Kemudian disterilkan dengan menggunakan otoklav pada suhu 120 oC
pada tekanan 2 atm selama 15 menit.
Pembuatan
Media Nutrien Agar (NA) untuk komposisi 100ml yaitu Ekstrak yeast ditimbang sebanyak 0,5 gr,
pepton 0,5 gr, agar 2 gr, dan ALS sebanyak 100 mL. Potongan daging dan akuadest
tadi dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian di didihkannya pada penangas.
Setelah mendidih, larutan tersebut diangkat dan disaringaring ekstraknya dengan
menggunakan kertas saring dan corong lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian
ditambahkan pepton dan agar lalu ditambah ALS hingga volumenya 100 mL dan diaduk.
Selanjutnya dipanaskan kembali hingga mendidih dan homogen lalu diangkat dan dtutup
dengan menggunakan aluminium foil. Kemudian disterilkan pada otoklaf dengan tekanan
2 atm selama 15- 20 menit.
III.2.3 Cara Kerja
Cara kerja
dari percobaan ini yaitu pertama – tama smapel sedimen air laut yang mengandung
tumpahan – tumpahan minyak di Pelabuhan Paotere pada 4 titik yang berbeda
diambil dengan menggunakan sendok, kemudian sampel tersebut dimasukkan pada
botol sampel yang telah di sediakan. Semua alat dan bahan disediakan pada LAF
kemudian disterilkan. 2 sendok sampel diambil pada botol smapel kemudian dimasukkan
pada erlenmeyer yang berisi 100 ml ALS, FeSO4 0,2 ml ditambahkan dengan
menggunakan spoit steril kedalam erlenmeyer, K2HPO4 0,4
ml ditambahkan dengan menggunakan spoit steril kedalam erlenmeyer, 1 ml
petrolium ditambahkan dengan menggunakan spoit steril kedalam erlenmeyer.
Selanjutnya erlenmeyer di sterilkan dan ditutup kemudian di sentrifuga selama
beberapa hari serta diamati. Tahap selanjutnya, dilakukan penanaman pada media
NA dan diamati pertumbuhan bakteri tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Isolasi Bakteri Laut Pendegredasi Hidrocarbon
Pengambilan sampel dilakukan di Pelabuhan
Paotere. Pelabuhan Paotere merupakan tempat bersandarnya kapal, sehingga banyak
tumpahan minyak di daerah tersebut. Sampel yang diambil berupa sedimen air laut
yang berada pada daerah yang banyak mengandung tumpahan limbah petroleum.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
mengambil sedimen pada 4 titik yang berbeda dengan menggunakan sendok kemudian
di masukkan kedalam botol sampel.
Sampel yang telah diambil kemudian di bawah ke
laboratorium untuk diisolasi. Pertama – tama dilakukan pembuatan air laut
sintetik (ALS) yaitu media yang dibuat dengan menggunakan aquadest steril
dengan penambahan bahan sintetik atau bahan kimia tertentu yang mempunyai sifat
atau kandungan yang hampir sama dengan air laut alami. Komposisi dari ALS
adalah NaCl, KCl, MgSO4, MgCl2.6H20, Tris
(Hydroksi methyl-Aminomethane), aquades, CaCl2.2H2O, NH4Cl,
K2HPO4, FeSO4. Semua bahan tersebut dilarutkan
dalam aquadest. Selanjutnya mengambil 2 sendok sampel sedimen dan
dimasukkan dalam ALS dan menambahkan FeSO4 0,2 ml serta K2HPO4 0,4 ml,
kemudian di shaker.
Sebelum
Sesudah
Berdasarkan
gambar diatas, sebelum inkubasi terlihat 2 lapisan pada erlenmeyer. Lapisan
atas merupakan petroleum sedangkan lapisan bawah adalah ALS. Hal ini terjadi
karena perbedaan massa jenis dari kedua jenis larutan tersebut. Setelah di shaker selama
beberap hari maka diperoleh hasil bahwa pada lapisan atas dinding erlenmeyer
terbentuk cincin yang menandakan bahwa terjadinya proses biodegradasi oleh
bakteri serta warna berubah menjadi keruh dan tidak adanya 2 lapisan seperti
pada keadaan sebelum di shaker.
IV.2 Inokulasi Bakteri dalam Media NA
Tahap
selanjutnya yaitu inokulasi bakteri dari media ALS ke media NA. Sampel media
ALS diambil sebanyak 0,1 ml kemudian ditambahkan pada media NA pada cawan petri
dan diratakan dengan menggunakan batang L. Selanjutnya ditambahkan petrolium
hingga menutupi permukaan media NA. tahap berikutnya yaitu dilakukan inkubasi
pada suhu 37 oC dan diamatai perubahan yang terjadi.
Sebelum Sesudah
Berdasarkan
hasil pengamatan yang diperoleh bahwa adanya perubahan pada media NA setelah di
inkubasi. Setelah di inkubasi, terdapat zona bening pada media tersebut yang
membuktikan bahwa adanya proses biodegradasi petrolium yang dilakukan oleh
bakteri laut tersebut. Dimana pada proses biodegradasi tersebut, bakteri
melakukan aktivitas metabolisme untuk menghasilkan biosulfaktan. Proses
biodegradasi hidrokarbo ada 3 yaitu adherens, emulsifikasi dan solubilisasi.
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Kesimpulan
yang diperoleh dari hasil pengamatan yaitu :
· Isolasi bakteri laut pendegradasi hidrokarbon dilakukan dengan cara
sampel sedimen dimasukkan kedalam ALS kemudian ditambahkan dengan FeSO4
serta K2HPO4 lalu di shaker. Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya proses biodegradasi karena adanya perubahan sampel pada ALS
menjadi keruh.
· Proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri laut di tunjukkan
dengan adanya zona bening pada media NA. Bakteri dalam biodegradasi hidrokarbon
petrolium melakukan aktivitas metabolisme untuk menghasilkan biosulfaktan.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhli, A., 2009. Peranan
Mikroorganisme dalam Ekologi Lautan dan Bioteknologi. http://prince60.wordpress.com/2009/12/25/peranan-mikroorganisme-dalam-ekologi-lautan-dan-bioteknologi/. Di
akses pada tanggal 11 Februari 2012.
Gekocly, 2009. Biodegradasi
Hidrokarbon Minyak Bumi. http://gekoclay.blogspot.com/2009/03/biodegradasi-minyak-bumi-dengan.html. Di
akses pada tanggal 31 Mei 2012.
Handrianto, P., 2011. Mekanisme
Biodegradasi Hidrokarbon. http://ecolas.blogspot.com/2011/09/mekanisme-biodegradasi-hidrokarbon.html. Di
akses pada tanggal 31 Mei 2012.
Igeography, 2010. Karakteristik
Laut II. http://one-geo.blogspot.com/2010/01/karakteristik-air-laut-ii.html. Di
akses pada tanggal 31 Mei 2012.
Wikipedia, 2012. Hidrokarbon.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrokarbon. Di
akses pada tanggal 30 Mei 2012.